Download Ebook Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat disebut sebagai induk dari semua ilmu pengetahuan. Dengan demikian semua jenis ilmu pengetahuan, baik eksakta maupun non eksakta berlandaskan pada filafat, termasuk ilmu pengetahuan. Filsafat pendidikan dalam artian bentuknya yang murni berkembang dengan menghasilkan berbagai alternatif jawaban terhadap berbagai macam pertanyaan filosofis yang diajukan dalam problem hidup dan kehidupan manusia dalam bidang pendidikan yang jawabannya telah melekat dalam masing-masing jenis, sistem, dan aliran-aliran filsafat.
Download our artikel filsafat pendidikan eBooks for free and learn. Buku Filsafat Pendidikan Islam. Download Artikel Pendidikan, Filsafat Pendidikan. Basic Psychology For Human Resource Practitioners Pdf here. Buku Filsafat Ilmu PDF - Free Ebook Download. B) Digital Library of UIN Sunan Ampel. Abuddin Nata Filsafat Pendidikan Islam 1(Jakarta: Logos.
Idealisme memandang bahwa dunia yang realisitis ini bukanlah dunia yang sempurna, melainkan dibalik alam ini ada alam yang lain yang merupakan tempat bersemayam seluruh hakikat yang ada, yaitu alam idea. Pandangan ini lahir dari Socrates dan dikembangkan oleh Plato. Sedangkan realisme memandang bahwa pengalaman bukanlah pengetahuan yang merupakan bayangan atau aliran belaka dari alam idea. Idea itu sama sekali bukan realitas dari keadaan yang nyata, melainkan terletak pada pengertian tentang wujud realitas itu sendiri. Pandangan kefilsafatan ini, dicetuskan oleh Aristoteles. Realisme yang menjadi eksponen essensialisme, tujuannya dititikberatkan pada alam dan dunia fisik sedangkan idealisme sebagai eksponen yang lain, pandangan-pandangannya bersifat spiritual. John Butler mengutarakan ciri dari keduanya yaitu, alam memiliki kenyataan pada dirinya sendiri, dan dijadikan pangkal berfilsafat.
Kualitas-kualitas dari pengalaman terletak pada dunia fisik. Di dalam dunia fisik terdapat Sesuatu yang menghasilkan penginderaan dan presepsi-presepsi yang tidak semata-mata bersifat mental. Dalam hal ini jiwa dapat diibaratkan sebagai cermin yang menerima gambaran-gambaran yang berasal dari dunia fisik, maka anggapan mengenai adanya kenyataan itu merupakan pertemuan antara idealisme dan realisme, dan itulah essensialisme. (Poedjawijatna, 1983: 201-203). Pandangan lain idealisme tentang tatanan dunia tersimpul dalam pengertian-pengertian tentang makrosmos dan mikrosmos. Makrosmos menunjukkan keseluruhan alam semesta dalam arti susunan dan kesatuan kosmos.
Mikrokosmos menunjuk kepada fakta tunggal pada tingkat manusia. Manusia sebagai individu, jasmani, dan rohani adalah mahluk yang semua tata dan kesatuannya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari alam semesta.
Pengertian mengenai makrosmos dan mikrosmos merupakan dasar pengertian mengenai makrosmos dan mikrosmos merupakan dasar pengertian mengenai hubungan vertikal manusia terhadap tuhan. Jasmani dan rohani, adalah kunci untuk memahami realitas baik pada kepribadian diri sendiri maupun pada realitas alam semesta. Secara umum dapat dikatakan bahwa jasmani adalah fakta yang fundamental, berpikir sebagai proses saraf yang kompleks. Kepribadian pun sesungguhnya hanyalah istilah dari pola-pola reaksi yang telah terkondisi kepada seseorang, sedangkan behaviorisme berkesimpulan bahwa manusia ditentukan semata-mata oleh hukum alam yang dapat berwujud dalam kehidupan mental serta tercermin pada tingkah laku. Perennialisme berasal dari kata perennial, diartikan sebagai “Continuing throughout the whole year” atau lasting for a very long time” yaitu abadi atau kekal dan dapat pula berarti terus tiada akhir.
Dengan demikian esensi kepercayaan filsafat perennial adalah berpegang pada nilai atau norma-norma yang bersifat kekal abadi. Aliran ini mengambil analogi realita sosial budaya manusia seperti realita sepohon bunga yang terus menerus mekar dari musim ke musim, datang dan pergi dan berubah warna secara tetap sepanjang tahun dan masa dengan gejala yang terus ada dan sama (Indar,1994:137). Perennialisme menekankan prinsip utama, bahwa manusia baik sebagai jenis maupun martabatnya berbeda dengan semua makhluk alam lainnya. Prinsip rasionalitas manusia yang self evident itu melahirkan prinsip kedua yang utama juga, yakni asas kemerdekaan.
Secara ontologis dan aksilogis asas kemerdekaan ini termasuk masalah kemerdekaan kemauan (free-will) yang juga mendapat pemecahan secara teologis. Makna kemerdekaan pendidikan ialah membantu manusia untuk menjadi dirinya sendiri, yang membedakan dari makhluk-makhluk lain.